Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

777. Konsep Spiritual Quotient Sebagai Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam

ABSTRAK Pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan media dalam membina kepribadian dan mengembangkan potensi yang dimiliki manusia. Kualitas manusia sebagai makhluk multi dimensional memiliki kekuatan intelektual (IQ), kepekaan sosial (EQ) dan kesadaran transendensi (SQ) yang sangat ditentukan oleh proses pendidikannya. Sebab secara alami pendidikan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Dengan alasan inilah maka pendidikan harus diarahkan pada upaya menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut yang pada gilirannya akan mengantarkan manusia pada kesadaran transendensi vertikal (ketuhanan) dan rasa kemanusiaan. Hakekat pendidikan Islam sebenarnya adalah proses yang selalu terkait dengan nilai-nilai transendensi vertikal (ketauhidan). Karena itu, pemaknaan pendidikan merupakan perpaduan antara keunggulan spiritual dengan kultural. Hal ini meniscayakan manusia berkembang dengan berlandaskan nilai-nilai agama, yang pada gilirannya akan melahirkan hasil cipta, karya, rasa dan karsa manusia yang sadar akan nilai-nilai illahiyah (keimanan-ketauhidan). Dengan demikian tentunya pendidikan__terutama pendidikan Islam__harus diarahkan pada dan berorientasi untuk mengembangkan seluruh potensi azali (IQ, EQ, dan SQ) yang telah ada dan dimiliki oleh manusia semuanya sejak di ikrarkannya "perjanjian primordial" antara Tuhan dan manusia. Dalam kerangka yang demikian itu, maka skripsi ini mengkaji tentang konsep spiritual quotient (SQ) yang di dalamnya terintegrasi kecerdasan EQ dan IQ sebagai upaya menemukan dan menanamkan makna dan nilai tertinggi kehidupan yang hakiki dalam diri manusia sebagai refresentasi fitrah manusia yang hanif. Dalam penulisan skripsi ini, digunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis. Adapun jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library reseach). Metode pengggumpulan data menggunakan metode dokumentasi, dan analisa datanya menggunakan analisis isi (content analisis) untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan obyektif. Adapun teknik analisanya menggunakan metode metode diskripsi, deduksi, induksi, dan metode komparasi untuk mendapatkan arah yang jelas bagi pengembangan pendidikan Islam secara konseptual dan membedakannya dengan pendidikan umumnya. Berdasarkan hasil dari analisis penulis bahwa konsep tentang manusia dalam pandangan Islam mempunyai potensi atau fitrah ketuhanan (tauhid). Maka tentunya potensi ini akan banyak mempengaruhi konsepsi pendidikan Islam dalam kerangka teoritis maupun praksis. Berangkat dari konsep kemanusiaan yang mempunyai ciri khas tauhid tersebut, maka sesungguhnya pendidikan Islam lebih memiliki basis yang kokoh--tauhid--bagi pengembangan pendidikan yang diarahkan pada dua dimensi, yaitu dimensi ketundukkan vertical dan dialektika horizontal. Selain itu SQ merupakan kecerdasan intuitif yang bercorak religius-etik. Konsep ini adalah konsepsi sufisme yang telah dimiliki tokoh-tokoh Islam seperti Al- Gozali yang lebih menekankan pada budi pekerti dan spiritualitas manusia. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah aktualisasi seluruh potensi dasar manusia mencakup kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) serta kecerdasan spiritualnya (SQ) untuk mengungkap dan menanamkan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan dalam diri manusia sebagai refresentasi dari fitrah illahiah dan insaniahnya. Dalam prakteknya baik guru maupun murid memiliki karakteristik dan atau kewajiban yang harus dipenuhi Guru adalah membimbing, meningkatkan, menyempurnakan potensi-potensi tersebut sehingga termanifestasi dalam diri anak didik sifat lahut dan nasut yang mendekatkannya pada sang Khalik. Sedangkan murid adalah orang yang memerlukan bimbingan dan pengarahan dari pendidik. dengan menggunakan metode yang bervariasi dan harus disesuaikan dengan usia, karakter dan daya tangkap serta menyentuh hal-hal yang meransang kesadaran dan menggugah daya fikir dan imajinasi siswa. Diantaranya adalah metode keteladanan dan metode pembiasaan serta metode penalaran. Berangkat dari penomena empiris kemudian dibawa pada ranah abstraksi transendensi.. Dalam implementasinya, pendidikan Islam tentunya membutuhkan strategi mendidik yang memberikan peluang kepada peserta didik untuk berkembang sesuai kemampuan dan fitrah kehidupannya sebagai peribadi maupun sebagai makhluk sosial, agar ia mampu menjalankan tugas kemanusiaannya sebgai 'Abdullah dan khlaifah Allah dibumi. Diantara model pembelajaran tersebut adalah model pewarisan lewat pengajaran, pengembangan kesadaran akan nilai vertikal dan horizontal. Kesadaran ini bisa di lihat dari beberapa aspek yaitu aspek afektif (fakultas dzikir), aspek kognitif (fakultas pikir) dan aspek psikomotoriknya (fakultas amaliah). Berangkat dari fenomena-fenomena yang ada, maka pendidikan Islam di tuntut untuk mampu mengembil peran yang paling mendasar dalam dimensi kemanusiaan yang paling hakiki dengan menjadikan kecerdasan spiritual (SQ) yang mencakup EQ, IQ sebagai arah pengembangannya. Untuk tujuan itu perlu dilakukan pendekatan-pendekatan alternatif sehingga pendidikan Islam menjadi mudah, efektif dan efesien dalam melakukan tranformasi nilai Ilahiah dan Insaniahnya. Diantara pendekatan-pendekatan tersebut adalah pendekatan humanistik religious, tasawuf/sikologi sufistik, dan rasional kritis, Akhirnya, skripsi ini bermuara pada harapan bahwa pendidikan Islam lebih tanggap dan proporsional dalam mengembangkan potensi manusia secara menyeluruh terutama dimensi ruhani spiritualnya.. Hal ini tidak hanya tanggung jawab sekolah sebagai institusi pendidikan, namun lebih jauh merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan sekolah. Mudah-mudahan pengembanagn ini dapat menjadi masukan yang berarti bagi masa depan pendidian kita
File Selengkapnya.....